Terang di Tengah Gelap: Cara Sadar Menghadapi Kecemasan dan Depresi

TULUNGAGUNG, www.savehalmahera.com – Selasa (10/6/2025), Kecemasan dan depresi adalah dua gangguan mental yang sering datang diam-diam namun membawa dampak besar dalam kehidupan seseorang. Tidak sedikit yang merasa tenggelam dalam kegelapan pikiran tanpa tahu cara keluar. Namun, ada harapan. Dengan pendekatan yang sadar dan tepat, setiap orang memiliki peluang untuk menemukan cahaya di tengah kegelapan itu.

Menurut dr. Herbet Sidabutar Sp.KJ, dokter spesialis kejiwaan, salah satu kunci untuk menghadapi gangguan kecemasan dan depresi adalah kesadaran diri penuh (mindfulness). “Kecemasan muncul saat pikiran terlalu jauh ke masa depan. Depresi datang saat kita terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Padahal, kehidupan nyata hanya ada di saat ini,” jelasnya.

Kesehatan Mental Adalah Bagian dari Kesehatan Paripurna

Dalam penjelasannya yang dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, dr. Herbet menekankan bahwa pikiran, perasaan, dan kehendak adalah satu kesatuan yang saling memengaruhi. Ketiganya merupakan bagian penting dalam menilai kondisi kejiwaan seseorang. Ketika salah satu terganggu, kesehatan mental secara keseluruhan juga terdampak.

Ia juga menjelaskan bahwa otak tidak dapat bekerja secara optimal dalam tubuh yang tidak sehat, maupun dalam kondisi spiritual yang terganggu. Inilah sebabnya mengapa pendekatan untuk menjaga kesehatan mental harus bersifat holistik: menyentuh aspek fisik, psikis, dan spiritual. The Cognitive Triangle : Pikiran, Perasaan, dan Perilaku

“Siapa yang mampu menguasai pikirannya, maka ia akan dapat mengendalikan perasaannya, dan akhirnya mengarahkan perilakunya dengan lebih baik,” tutur dr. Herbet, merujuk pada prinsip psikologi yang dikenal sebagai The Cognitive Triangle.

Bila gangguan sudah mencapai tingkat yang berat, di mana sistem neurotransmitter dalam otak tidak lagi seimbang, maka dibutuhkan penanganan medis, termasuk pemberian obat psikofarmaka oleh dokter.

Latihan Kesadaran : Kembali ke Saat Ini

Untuk mereka yang mengalami stres, cemas, atau perasaan hampa yang berkepanjangan, latihan kesadaran bisa menjadi alat sederhana namun efektif. Salah satu metode yang disarankan oleh dr. Herbet adalah teknik 5-4-3-2-1, yaitu :

Amati 5 benda yang dapat Anda lihat, Dengarkan 4 suara yang bisa Anda identifikasi, Sentuh 3 objek, perhatikan teksturnya, Cium 2 aroma di sekitar Anda dan Cicipi atau pikirkan 1 rasa yang bisa Anda rasakan

Latihan ini membantu otak untuk terhubung kembali dengan realitas saat ini, dan menjauhkan diri dari pikiran yang menyimpang ke masa lalu atau masa depan secara berlebihan.

Metafora Senter : Menyadari Bukan Menyerang

Dalam analoginya, dr. Herbet menyampaikan bahwa orang yang berada dalam kegelapan sebaiknya memilih senter, bukan pedang. “Dengan senter, kita bisa melihat bahwa yang kita takuti hanyalah seutas tali, bukan seekor ular. Tapi dengan pedang, kita bisa melukai diri sendiri karena berasumsi tanpa melihat dengan jelas,” ujarnya.

Kesadaran, dalam konteks ini, adalah cahaya yang bisa membantu seseorang mengenali kenyataan dengan jernih, bukan berdasarkan bayang-bayang ketakutan atau luka lama.

Menjadikan Kesadaran sebagai Gaya Hidup

Mantra sederhana seperti “Ing kene, ngene, saiki, aku gelem” (di sini, seperti ini, sekarang, aku bersedia) bisa menjadi pegangan harian untuk melatih diri tetap hadir dan sadar dalam menjalani hidup.

Di tengah dunia yang penuh tekanan, tuntutan, dan distraksi digital, menjaga kewarasan adalah upaya aktif yang harus terus dilakukan. Kesadaran bukan hanya teknik terapi—ia bisa menjadi gaya hidup yang menuntun kita menuju terang di tengah gelap

 

 

Pewarta : Duha

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *