Kesadaran Rendah, Terapi Pencegahan TBC di Kediri Masih Terkendala

KEDIRI, www.savehalmahera.com – Sabtu (21/6/2025), Upaya pemerintah dalam menekan penyebaran tuberkulosis (TBC) di Kota Kediri menghadapi tantangan besar. Meski angka temuan kasus terus meningkat, partisipasi masyarakat dalam terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) masih tergolong rendah.

Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kediri menunjukkan, selama empat bulan pertama tahun 2025, tercatat 522 kasus baru TBC. Jumlah tersebut menambah kekhawatiran, mengingat sepanjang 2024 lalu tercatat sekitar 1.800 kasus, melampaui target nasional temuan kasus.

Bacaan Lainnya

Namun ironisnya, meskipun angka kasus melonjak, kesadaran masyarakat untuk mengikuti TPT justru belum sebanding. Banyak warga yang enggan menjalani terapi karena merasa sehat, meskipun mereka telah teridentifikasi sebagai kontak erat penderita TBC aktif.

“Ada kecenderungan menolak pengobatan karena merasa tidak sakit. Padahal, meski tidak bergejala, kuman TBC bisa sudah ada di tubuh mereka,” jelas Hendik Suprianto, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kediri.

Skrining dan Edukasi Terus Didorong

Hendik menegaskan, pihaknya terus melakukan skrining terhadap kontak erat pasien TBC aktif, terutama orang-orang yang tinggal serumah atau sering berinteraksi. Dari pemeriksaan tersebut, tidak sedikit yang sebenarnya sudah terpapar meski tanpa menunjukkan gejala klinis.

Sebagai langkah antisipasi, Dinkes Kota Kediri menggencarkan TPT agar infeksi tidak berkembang menjadi TBC aktif. Namun program ini belum sepenuhnya dipahami masyarakat.

“Kami perlu pendekatan yang lebih intensif. Tidak hanya medis, tapi juga edukatif, agar masyarakat memahami bahwa TPT penting untuk mencegah penularan lebih luas,” ujarnya.

Perlu Dukungan Lintas Sektor

Dinkes berharap ada kolaborasi lintas sektor—termasuk tokoh masyarakat, RT/RW, hingga tenaga kesehatan di lini pertama—untuk membantu sosialisasi TPT dan bahaya TBC. Dukungan keluarga terhadap pasien dan kontak erat juga sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan terapi.

TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan dapat menyebar lewat udara saat penderita batuk, bersin, atau berbicara. Jika tidak ditangani, penyakit ini bisa berakibat fatal.

Imbauan Dinkes

Masyarakat diimbau tidak mengabaikan gejala seperti batuk berdahak lebih dari dua minggu, demam berkepanjangan, penurunan berat badan, dan keringat malam. Jika memiliki riwayat kontak dengan pasien TBC aktif, segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat.

“Pencegahan jauh lebih murah dan mudah dibanding pengobatan TBC aktif. Mari kita jaga diri dan keluarga dengan mengikuti terapi pencegahan,” tutup Hendik.

 

 

Pewarta : Nins

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *