Oleh: Ilham Saleh
SOFIFI, www.savehalmahera.com – Dalam ruang publik yang semakin bising oleh berbagai kepentingan, suara jurnalis independen menjadi oase yang menyejukkan. Di tengah dinamika informasi yang tak pernah henti, hadir sosok Ilham Saleh, atau yang akrab disapa “Gaco”, sebagai figur yang tak hanya mewartakan fakta, tetapi juga memperjuangkan nurani masyarakat lewat profesinya sebagai wartawan.
Sebutan “Gaco” mungkin terdengar ringan, bahkan lucu bagi sebagian orang. Tapi di balik nama itu tersimpan konsistensi dan keteguhan seorang insan pers yang telah lama mengabdikan diri pada dunia jurnalistik. Bukan sekadar profesi, bagi Ilham, menjadi wartawan adalah panggilan jiwa—untuk menjadi penghubung antara masyarakat kecil dan pengambil kebijakan, antara realitas di lapangan dan ruang-ruang kekuasaan yang sering kali tertutup oleh protokoler.
Ilham Saleh bukan nama baru dalam dunia pemberitaan lokal. Ia dikenal sebagai wartawan yang tak gentar menyuarakan persoalan rakyat, terutama di wilayah-wilayah yang luput dari sorotan media arus utama. Mulai dari kasus ketimpangan sosial, kebijakan publik yang tak pro-rakyat, hingga ketidakadilan dalam pelayanan pemerintahan, semua menjadi perhatiannya.
Dalam dunia jurnalistik, keberanian adalah mata uang utama. Dan Ilham membayarnya lunas—dengan waktu, tenaga, bahkan risiko pribadi. Ia tidak ragu mengangkat berita-berita yang “panas” sekalipun itu membuatnya bersitegang dengan pejabat, pengusaha, bahkan rekan sejawat. Baginya, kebenaran tidak boleh dinegosiasikan.
Tentu, setiap wartawan punya sisi manusiawi. Sosok “Gaco” dikenal bersahaja, akrab dengan masyarakat dari berbagai lapisan, dan tak segan turun langsung ke lapangan untuk memastikan keakuratan informasi yang ia sajikan. Gaya jurnalismenya lugas namun bernyawa, menyentuh logika sekaligus nurani.
Namun dalam iklim media saat ini, jurnalis seperti Ilham menghadapi tantangan besar: tekanan dari pihak-pihak yang tak nyaman dengan keterbukaan, potensi kriminalisasi, bahkan kekaburan batas antara jurnalisme dan kepentingan politik. Tapi hingga kini, “Gaco” tetap berdiri tegak, menulis dengan pena yang jujur dan hati yang berpihak pada rakyat.
Kita butuh lebih banyak Ilham Saleh dalam dunia pers kita—wartawan yang bukan hanya bekerja karena upah, tetapi karena idealisme. Wartawan yang berani bersuara ketika yang lain diam. Wartawan yang bisa menjadi “Gaco” rakyat dalam arti yang sejati: simbol perlawanan terhadap ketimpangan, dan pembawa harapan bagi suara yang selama ini tenggelam.
Akhirnya, kita sebagai masyarakat harus ikut menjaga ruang kebebasan pers. Karena wartawan seperti Ilham Saleh hanya akan tetap hidup dan berani jika masyarakat berdiri di belakang mereka. Mari kita dukung pers yang merdeka, jujur, dan berpihak. Karena ketika wartawan takut, maka rakyat akan kehilangan suara.
Isi Naskah Tanggung Jawab Penulis