Remaja Jadi Garda Depan, Surabaya Gencarkan Edukasi Cegah Pernikahan Usia Dini

SURABAYA, www.savehalmahera.com – Sabtu (14/6/2025), Pemerintah Kota Surabaya terus memperkuat upaya pencegahan pernikahan usia dini dengan melibatkan langsung para remaja sebagai ujung tombak edukasi. Lewat program Pencegahan dan Penanganan Perkawinan Anak (PPA) Award, Pemkot Surabaya mendorong generasi muda untuk aktif menyuarakan hak-hak anak sekaligus menjadi agen perubahan di lingkungan sekitarnya.

Kegiatan PPA Award yang digelar di Royal Plaza Surabaya pada Rabu (11/6/2025) menjadi ajang strategis bagi para pelajar dari berbagai sekolah untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang dampak buruk pernikahan dini. Acara ini dihadiri oleh Forum Anak Surabaya (FAS), Duta Generasi Berencana (GenRe), Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes), serta tokoh masyarakat dan agama.

Bacaan Lainnya

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya, Ida Widayati, menegaskan bahwa pendekatan dari anak ke anak (peer to peer education) sangat efektif dalam menyampaikan pesan pencegahan pernikahan dini.

“Remaja memiliki kekuatan untuk memengaruhi teman-teman sebayanya. Mereka lebih memahami bahasa, tantangan, dan dinamika yang dihadapi sesama remaja. Karena itu, kami jadikan mereka sebagai garda depan edukasi,” jelas Ida.

Ida juga menyampaikan bahwa Pemkot tidak hanya mengandalkan sekolah dan guru, tapi turut menggandeng RT/RW, LSM, tokoh agama, dan tokoh masyarakat dalam mengedukasi warga. Salah satu bentuk kolaborasi nyata adalah pembentukan Kampung Ramah Perempuan dan Anak di berbagai wilayah Surabaya, yang juga berfungsi sebagai pusat edukasi masyarakat.

Valencia, pelajar SMAN 1 Surabaya yang tergabung dalam Forum Anak, mengaku senang bisa menjadi bagian dari gerakan ini. Menurutnya, banyak remaja masih kurang paham risiko pernikahan dini terhadap pendidikan, kesehatan, dan masa depan mereka.

“Acara seperti ini membuka wawasan kami. Kami jadi tahu bahwa pernikahan dini bisa menghambat cita-cita dan membuat hidup jadi lebih berat. Lebih baik kami fokus pada pengembangan diri dulu,” katanya.

Senada dengan itu, Aron dari SMAN 12 Surabaya menilai bahwa edukasi semacam ini sangat penting. Ia menambahkan bahwa pernikahan dini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada keberlangsungan pembangunan kota.

“Remaja harus diarahkan agar produktif. Daripada menikah muda, lebih baik ikut organisasi, belajar, dan kembangkan bakat. Itu lebih bermanfaat untuk masa depan,” ujarnya.

Aditya, Duta GenRe Surabaya dari SMAN 19, menekankan pentingnya dukungan orang tua dan lingkungan. Ia mengajak semua pihak untuk bersatu menekan angka pernikahan dini demi generasi masa depan yang lebih kuat dan berdaya saing.

“Kami akan terus bergerak sebagai pelopor. Kalau kita ingin bonus demografi benar-benar jadi berkah, maka anak-anak dan remaja harus dijaga dari praktik pernikahan yang terlalu dini,” pungkasnya.

Dengan menjadikan remaja sebagai pusat gerakan, Pemkot Surabaya menegaskan bahwa pencegahan pernikahan anak adalah tanggung jawab bersama. Surabaya ingin memastikan setiap anak bisa tumbuh, belajar, dan berkembang dalam lingkungan yang sehat dan mendukung — demi terciptanya generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter.

 

 

Pewarta : Bgs

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *