SURABAYA, www.savehalmahera.com – Sabtu (14/6/2025), DPRD Provinsi Jawa Timur menyoroti persoalan serius dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM), yakni disparitas pendidikan dan memburuknya nilai-nilai sosial di kalangan generasi muda. Menanggapi hal tersebut, DPRD Jatim mendorong penguatan pendidikan karakter sebagai solusi strategis dan jangka panjang.
Peringatan ini disampaikan oleh Anggota Komisi E DPRD Jatim, Puguh Wiji Pamungkas, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Fraksi PKS. Ia menyatakan bahwa tantangan kualitas SDM di Jatim bukan hanya pada aspek akademik, tetapi juga pada dimensi moral dan etika.
“Kita melihat ada jurang ketimpangan dalam akses dan mutu pendidikan antar wilayah di Jawa Timur, serta gejala krisis karakter yang mulai mengancam masa depan generasi muda kita,” tegas Puguh.
Puguh menilai, kemajuan teknologi dan pergeseran nilai sosial telah melahirkan fenomena-fenomena baru yang tidak bisa dihadapi dengan pendekatan konvensional. Ia mengungkapkan bahwa budaya permisif, perilaku menyimpang, hingga kekerasan antar pelajar menjadi tantangan nyata yang dihadapi sekolah-sekolah saat ini.
Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menunjukkan bahwa Jawa Timur mencatat lebih dari 1.500 kasus kekerasan terhadap anak sepanjang 2023, dan 1.103 kasus hingga pertengahan 2024. Ini menjadi cerminan bahwa problem sosial di kalangan remaja semakin memprihatinkan.
Tak hanya itu, ketimpangan sarana pendidikan, kurangnya tenaga pendidik berkualitas, serta lemahnya integrasi nilai karakter dalam kurikulum turut memperlebar kesenjangan kualitas SDM antar daerah.
“Kami mengapresiasi program Jatim Cerdas yang sudah dijalankan Pemprov, tapi ke depan harus ditingkatkan dengan muatan karakter yang kuat, bukan sekadar mengejar angka kelulusan,” ujar Puguh.
Menurutnya, pendidikan karakter harus menjadi kebijakan lintas sektor dan tidak dibebankan hanya kepada guru atau sekolah. Keluarga, komunitas, media, dan tokoh masyarakat harus ikut ambil bagian dalam menanamkan nilai-nilai integritas, tanggung jawab, empati, dan cinta tanah air.
“Pendidikan karakter adalah urusan bersama. Dimulai dari rumah, diperkuat di sekolah, dan dipelihara di masyarakat. Kalau tidak ada sinergi, upaya kita akan terpecah dan hasilnya tidak maksimal,” tambahnya.
Puguh juga menekankan pentingnya regulasi dan dukungan anggaran yang kuat agar program pendidikan karakter bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat, termasuk di daerah-daerah pelosok yang selama ini tertinggal dalam akses pendidikan.
“Jika SDM kita ingin benar-benar unggul dan kompetitif, maka nilai-nilai sosial dan karakter anak-anak harus jadi fondasinya. Tanpa itu, kita hanya mencetak generasi cerdas yang rapuh secara moral,” pungkasnya.
Pewarta : Leny