SIDOARJO, www.savehalmahera.com – Langkah Bupati Sidoarjo Subandi yang dilaporkan merapat ke Partai Golkar memunculkan berbagai spekulasi di dunia politik lokal. Keputusan ini dipandang bisa mengubah peta kekuatan politik di Sidoarjo, sekaligus mengancam stabilitas koalisi yang sudah terbentuk, terutama dengan Gerindra dan Demokrat, dua partai yang sebelumnya mendukung Subandi dalam Pilkada 2024.
Langkah Politik Subandi Subandi, yang dikenal sebagai tokoh pragmatis, tampaknya sedang memanfaatkan momen ini untuk memperkuat posisinya di kursi bupati. Dengan Golkar yang memiliki pengaruh besar di tingkat pusat, bergabungnya Subandi ke partai berlambang pohon beringin ini bisa dianggap sebagai upaya menyeimbangkan kekuatan politik di Sidoarjo, sekaligus menciptakan jaring pengaman untuk memuluskan roda pemerintahan.
Namun, langkah ini membuka ruang spekulasi mengenai kesetiaan koalisi yang sudah terjalin antara Gerindra dan Demokrat. Gerindra, yang sejak awal mendukung Subandi, kemungkinan besar merasa terkhianati dengan keputusan ini. Sementara Demokrat, meskipun lebih tenang, tentu tidak bisa menutup mata atas dinamika ini, yang bisa berimbas pada stabilitas koalisi mereka.
Peta Kekuasaan yang Semakin Berwarna Keputusan Subandi untuk bergabung dengan Golkar menghadirkan peta politik Sidoarjo yang semakin berwarna-warni. Dengan Ketua DPRD yang berasal dari PKB (hijau), Bupati dari Golkar (kuning), dan Wakil Bupati dari Demokrat (putih), koalisi ini menciptakan kombinasi partai yang cukup beragam. Meskipun begitu, keragaman ini bisa menjadi kekuatan bila dikelola dengan baik, namun jika salah kelola, potensi konflik kepentingan bisa muncul dan mengguncang stabilitas pemerintahan.
Resistensi atau Rekonsiliasi? Sementara beberapa pihak mungkin akan menilai langkah Subandi ini sebagai bentuk resistensi terhadap partai-partai yang merasa ditinggalkan, ada juga yang melihatnya sebagai peluang untuk rekonsiliasi dan menyeimbangkan kekuasaan di Sidoarjo. Jika Golkar bisa berperan sebagai penyeimbang, maka langkah ini justru bisa membawa stabilitas bagi pemerintahan Sidoarjo.
Namun, keputusan Subandi untuk beralih ke Golkar membuka pertanyaan besar bagi masyarakat Sidoarjo: apakah ini adalah langkah politik yang akan membawa kestabilan, atau justru menambah ketegangan dalam koalisi yang ada? Masyarakat dan pengamat politik Sidoarjo kini menunggu bagaimana peran Golkar dan Subandi dalam mengelola tantangan politik yang ada.
Dengan Pilkada 2029 yang semakin dekat, langkah ini akan sangat berpengaruh pada kekuatan politik di Sidoarjo, termasuk dinamika DPRD yang kini mulai terpecah antara partai-partai besar. Akankah Subandi mampu menjaga kestabilan koalisi atau malah menambah gejolak dalam perjalanan politiknya? Waktu yang akan menjawab.
Pewarta : Maya